Minggu, 24 Juni 2012

pemikiran plato


BAB I
Pendahuluan



a.      Latar belakang masalah
Perkataan ekonomi berasal dari perkataan oikos (yunani) dan nomos. Oikos berarti rumah tangga sedangkan nomos berarti peratuaran. Jadi ekonomi pada hakekatnya berarti cara-cara mengatur rumah tangga.
Kegiatan ekonomi telah ada sejak zaman dahulu, sejak manusia itu ada. Berbicara masalah ekonomi tentu tidak luput membicarakan tentang sejarah ekonomi tersebut.
Banyak yang beranggapan bahwa ilmu ekonomi mulai berkembang pada abad ke 18. Akan tetapi para ahli ekonom pada masa tersebut masih menggunakan teori-teori ekonom pendahulunya untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
Ilmu pengetahuan  ekonomi tak luput dari filsafat, maka dari itu kami sebagai pemakalah akan membahas 2 tokoh penting Yunani yaitu Plato dan Aristoteles. Mereka berdua sangat berpengaruh dalam kehidupan ekonomi dunia.

b.      Rumusan Masalah

1.      Sejarah pemikiran ekonomi Plato
2.      Sejarah pemikiran ekonomi Aristoteles











BAB II
PEMBAHASAN






a.      Sejarah Pemikiran Ekonomi Plato

Filosof Yunani kuno Plato tak pelak lagi cikal bakal filosof politik Barat dan sekaligus dedengkot pemikiran etika dan metafisika mereka. Pendapat-pendapatnya di bidang ini sudah terbaca luas lebih dari 2300 tahun. Tak pelak lagi, Plato berkedudukan bagai bapak moyangnya pemikir Barat,

Plato dilahirkan dari kalangan famili Athena kenamaan sekitar tahun 427 SM. Di masa remaja dia berkenalan dengan filosof kesohor Socrates yang jadi guru sekaligus sahabatnya. Tahun 399 SM, tatkala Socrates berumur tujuh puluh tahun, dia diseret ke pengadilan dengan tuduhan tak berdasar berbuat brengsek dan merusak akhlak angkatan muda Athena. Socrates dikutuk, dihukum mati. Pelaksanaan hukum mati Socrates –yang disebut Plato “orang terbijaksana, terjujur, terbaik dari semua manusia yang saya pernah kenal”– membikin Plato benci kepada pemerintahan demokratis.

Tak lama sesudah Socrates mati, Plato pergi meninggalkan Athena dan selama sepuluh-duabelas tahun mengembara ke mana kaki membawa.

Sekitar tahun 387 SM dia kembali ke Athena, mendirikan perguruan di sana, sebuah akademi yang berjalan lebih dari 900 tahun. Plato menghabiskan sisa umurnya yang empat puluh tahun di Athena, mengajar dan menulis ihwal filsafat. Muridnya yang masyhur, Aristoteles, yang jadi murid akademi di umur tujuh belas tahun sedangkan Plato waktu itu sudah menginjak umur enam puluh tahun. Plato tutup mata pada usia tujuh puluh.

Plato percaya bahwa bagi semua orang, entah dia lelaki atau perempuan, mesti disediakan kesempatan memperlihatkan kebolehannya selaku anggota “guardian”. Plato merupakan filosof utama yang pertama, dan dalam jangka waktu lama nyatanya memang cuma dia, yang mengusulkan persamaan kesempatan tanpa memandang kelamin. Untuk membuktikan persamaan pemberian kesempatannya.[1]

Pada zaman yunani kuno pembahasan tentang ekonomi masih merupakan bagian dari filsafat, khususnya filsafat oral, dan sering diartikan dengan rasa keadilan serta kelayakan yang perlu diperhatikan yang perlu diperhatikan dalam rangka penciptaan suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata.

Gagasan Plato tentang ekonomi timbul secara tidak sengaja dari pemikirannya tentang keadilan dalam sebuah negara ideal.

Menurut Plato dalam sebuah negara ideal kemajuan tergantung pada pembagian kerja yang timbul secara alamiah dalam masyarakat, Plato juga membedakan 3 jenis pekerjaan yang dilakukan oleh manusia yaitu, pekerjaan sebagai tentara, pekerjaan sebagai pengatur, dan pekerjaan sebagai pekerja.

Plato juga mengatakan bahwa lapisan masyarakat yang berhak untuk mengejar laba dan mengumpulkan harta adalah kelompok pekerja. Sedangkan kelompok pengatur dan tentara mereka bekerja bukan untuk mengumpulkan harta dan kekayaan, tetapi hanya mengabdi  dan memikirkan pekerjaan mereka. Dengan pembagian kerja dan pembatasan waktu tersebut maka hawa nafsu manusia untuk memperoleh barang dan harta yang sebesar-besarnya dapat dikendalikan, sehingga diharapkan akan tercipta suatu masyarakat yang adil dan makmur.

Hal lain yang dikemukakan Plato adalah tentang keharusan penganekaragaman pekerjaan dalam masyarakat, sehingga mereka tidak perlu membuat segala sesuatu untuk dengan sendirinya  karena memang tidak mungkin memenuhi kebutuhannya sendiri.[2]









b.        Sejarah Pemikiran Ekonomi Aristoteles


Aristoteles dilahirkan di Stagyra di Thrace, kurang lebih tahun 384 SM. Ayahnya mewarisi kedudukan sebagai dokter pribadi raja Makedonia. Pada umur delapan belas tahunan aristoteles belajar dari plato; ia belajar di akademi hampir dua puluh tahun sampai wafatnya plato tahun 348-7 SM. Dan terkenal sebagai “Bapak Logika”, ( logika, fisika, metafisika, dan etika ).

 Gagasan antara Plato dan Aristoteles terhadap perbudakan, Aristoteteles bukanlah pendukung kesetaraan yang mana ketika Aristoteles mengembangkan ajaran filsafat tentang etika. Etika Aristoteles pada dasarnya sama dengan etika Socrates dan Plato.[3]

Bila dibandingkan Plato membela anggapan,  bahwa mereka yang ditugaskan untuk memimpin negara harus menguasai ilmu hitung. Sedangkan Aristoteles yang lebih cenderung kearah pandangan filsafat sejarah daripada masalah-masalah kemasyarakatan. Agaknya disini sudah mulai terlihat perbedaan faham antara Ekonomi literal dan Ekonomi kuantitatif , misalnya pada Quesney dapat kita melihat suatu  kecenderungan yang jelas kearah pandangan kuantitatif, sedangkan pada Adam Smith terlihat kecenderungan kearah pandangan filsafat sejarah.

Kini analisa kuantitatif makin lama makin mencapai kemenangan. Dalam bukunya “Negara”, Aristoteles membedakan ; oikonomie (yang mempelajari cara-cara mengatur rumah tangga) dan Chrematistie (yang mempelajari aturan-aturan pertukaran). Dan sebenarnya dapat pula dianggap sebagai pelopor Ekonomi Teoritika.

Menurut Aristoteles, kepala keluarga berusaha agar terdapat pemenuhan kebutuhan sebaik-baiknya dalam lingkungan rumah tangganya. Bilamana Oikos (rumah tangga) yang satu, mempunyai benda tertentu dalam jumlah lebih, maka adalah logis bahwa benda tersebut ditukar dengan benda-benda surplus oikus lainnya.

Begitu pula Aristoteles mengadakan perbedaan antara nilai pakai dan nilai tukar dengan manyatakan bahwa sepasang sepatu dapat digunakan (dipakai), tetapi dapat pula digunakan untuk ditukar. Anggapan selanjutnya adalah bahwa baik uang maupun pertukaran yang dimungkinkan oleh uang adalah esensial bagi kehidupan masyarakat. (kita dapat membayangkan sendiri kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh suatu barter ekonomi).

Aristoteles menguraikan uang sebagai benda yang semula diidamkan oleh setiap orang, karena kemungkinan penggunaan-penggunaan yang langsung, dan dengan diterima sebagai suatu alat pertukauran, disebabkan karena semua orang mempunyai kepastian bahwa uag tersebut dapat dialihkan pihak lain, akan tetapi ia menekankan bahwa usaha untuk mencapai uang janganlah dijadikan tujuan.

Seperti halnya dalam hubungan membeli dan menjual, bahkan secara lebih spesifik dalam hal meminjamkan uang dengan mendapat bunga modal. Pendangan modern kini adalah bahwa ilmu ekonomi, merupakan sebuah ilmu pengetahuan otonom.

Ilmu pengetahuan sosial kni bersifat faktual secara teknis. Sedangkan konsepsi kuno, pada garis besarnya bersifat filosofis, artinya diorientasikan kearah keseluruhan, dan ditujukan kearah usaha untuk menentukan suatu metode guna mengorganisasi masyarakat dengan bijaksana.[4]


                                                                                         








BAB III
PENUTUP


Kesimpulan

Plato percaya bahwa bagi semua orang, entah dia lelaki atau perempuan, mesti disediakan kesempatan memperlihatkan kebolehannya selaku anggota “guardian”. Plato merupakan filosof utama yang pertama, dan dalam jangka waktu lama nyatanya memang cuma dia, yang mengusulkan persamaan kesempatan tanpa memandang kelamin. Untuk membuktikan persamaan pemberian kesempatannya.
Hal lain yang dikemukakan Plato adalah tentang keharusan penganekaragaman pekerjaan dalam masyarakat, sehingga mereka tidak perlu membuat segala sesuatu untuk dengan sendirinya  karena memang tidak mungkin memenuhi kebutuhannya sendiri
Gagasan antara Plato dan Aristoteles terhadap perbudakan, Aristoteteles bukanlah pendukung kesetaraan yang mana ketika Aristoteles mengembangkan ajaran filsafat tentang etika. Etika Aristoteles pada dasarnya sama dengan etika Socrates dan Plato.
Menurut Aristoteles, kepala keluarga berusaha agar terdapat pemenuhan kebutuhan sebaik-baiknya dalam lingkungan rumah tangganya. Bilamana Oikos (rumah tangga) yang satu, mempunyai benda tertentu dalam jumlah lebih, maka adalah logis bahwa benda tersebut ditukar dengan benda-benda surplus oikus lainnya.








            DAFTAR PUSTAKA

Winardi . Sejarah Perkembangan ilmu Ekonomi. Bandung. Tarsito

Tidak ada komentar:

Posting Komentar